Dalam ilmu sipil, struktur merupakan sebuah element yang dibuat untuk menopang keberadaan element non struktur pada bangunan hingga membentuk menjadi satu kesatuan. Setiap bangunan seperti jembatan, gedung, dan terowongan tentunya memiliki jenis ketahanan dan struktur yang berbeda-beda.
Struktur dibangi menjadi 2 bagian yaitu, struktur bawah dan struktur atas. Struktur bawah adalah sruktur yang dibuat khusus berhubungan langsung pada bagian bawah bangunan seperti pondasi, sloof dan lain-lain. Sedangkan struktur atas adalah struktur bangunan yang berada di atas permukaan tanah seperti kolom, balok, plat, dan tangga. Sebelum dilakukan pembangunan biasanya dilakukan beberapa pengujian dan survey lokasi untuk menentukan titik-titik pondasi. Beberapa pengujian yang dilakukan yaitu menentukan volume air tanah menggunakan piezometer dan uji sondir untuk menentukan kedalaman tanah keras agar memberi dukungan pembuatan pondasi.
Pembuatan struktur harus dilakukan dengan perhitungan yang matang karena setiap jenis bangunan mempunyai struktur yang berbeda, kekuatan struktur pada apartement atau gedung tentunya berbeda dengan kekuatan struktur jembatan, karena jenis beban yang diterima juga berbeda.
Layout of settlement monitoring points in four sections: (a) plan view... | Download Scientific Diagram

Stuktur pada jembatan mempunyai abutment, pier, pile cap dan pondasi. Stuktur bangunan bertingkat mempunyai pondasi, kolom, batang dan stutktur pada bendungan mempunyai pondasi, dinding penahan dan masih banyak lagi.

Dalam pengerjaan bangunan penting rasanya memahami dan melakukan perhitungan yang baik karena sangat erat hubungannya dengan kekuatan bangunan, keselamatan para pekerja dan warga sekitar. Perhitungan pada beban mati, beban hidup, beban gempa dan angin juga harus di perhitungkan pada awal perencanaan pembangunan. Perencaan struktur harus dilakukan dengan baik agar dapat mengetahui besaran gaya dan arah gaya yang bekerja pada komponen struktur. Selain merencanakan dengan perhitungan, struktur juga harus dilakukan beberapa pengujian agar dapat dianalisa kekuatan tersebut akan bertahan berapa lama.

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu, pengujian merusak struktur dan pengujian tanpa merusak struktur. Pengujian struktur dapat dilakukan dengan menggunakan Pile Driving Analyzer (PDA), Ultrasonic Pulse Velocity (UPV), Non Destructive Test (NDT) dan Load Cell.

Settlement Measurement & Monitoring Struktur

“Settlement Measurement & Monitoring Struktur” merujuk pada praktik pengukuran dan pemantauan pergerakan atau penurunan pada struktur bangunan atau infrastruktur. Proses ini penting untuk memahami bagaimana sebuah struktur merespon terhadap beban dan kondisi lingkungan seiring waktu. Beberapa elemen yang terkait dengan pemantauan penurunan atau pergerakan settlement struktur melibatkan:

  1. Pengukuran Geodetik: Menggunakan instrumen pengukuran geodetik seperti total station, nivelir, atau alat pengukur jarak laser untuk mengukur perubahan ketinggian atau posisi suatu titik di atas tanah. Ini membantu mendeteksi pergeseran vertikal atau horizontal.
  2. Pengukuran Instrumen Struktural: Pemasangan sensor atau alat pengukur langsung pada struktur untuk memantau perubahan internal. Ini dapat mencakup pengukuran tegangan, deformasi, atau perpindahan pada elemen struktural.
  3. Monitoring Tanah: Pemantauan kondisi tanah di sekitar struktur untuk memahami bagaimana perubahan dalam sifat tanah dapat mempengaruhi perilaku struktur. Pengukuran kelembaban tanah, tekanan air tanah, dan pergerakan tanah adalah contoh parameter yang dapat dimonitor.
  4. Pemodelan Numerik: Penggunaan model numerik komputer untuk mensimulasikan respons struktur terhadap beban dan lingkungan tertentu. Pemodelan ini dapat membantu memprediksi perubahan yang mungkin terjadi dan membimbing pengambilan keputusan terkait pemeliharaan atau perbaikan struktur.
  5. Pemantauan Jangka Panjang: Pemantauan berkelanjutan sepanjang waktu untuk mendeteksi perubahan yang terjadi seiring waktu. Ini dapat dilakukan secara manual atau otomatis, tergantung pada kompleksitas dan kebutuhan struktur.

Praktik ini sangat penting dalam pengelolaan infrastruktur jangka panjang, terutama untuk struktur besar seperti jembatan, gedung tinggi, dam, atau terowongan. Pemantauan settlement membantu menjaga keamanan, kinerja, dan keandalan struktur sepanjang masa pakai mereka.

Penurunan ini disebabkan oleh 2 hal :

  • Penurunan konsolidasi (Consolidation Settlement) : Terjadinya perubahan pada volume tanah air yang disebabkan keluarnya air yang berada di dalam pori-pori tanah.
  • Penurunan Segera ( Immediate Settlement) : Penurunan yang disebabkan deformasi elastis pada tanah basah, jenuh dan kering tanpa disertai perubahan kadar air di dalam tanah tersebut.

Penyebab Umum Penurunan (Settlement):

Penurunan atau settlement pada struktur dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik alamiah maupun manusia. Beberapa penyebab umum penurunan atau settlement meliputi:

  1. Settlement Alamiah Tanah:
    • Kompaksi Tanah: Proses pemadatan tanah alamiah akibat beban beban geologis seiring waktu.
    • Pelurusan Tanah: Perubahan bentuk atau posisi tanah akibat erosi, sedimentasi, atau aktivitas geologi alamiah.
  2. Aktivitas Manusia:
    • Penggalian Tanah: Aktivitas konstruksi atau penggalian tanah dapat menyebabkan pergeseran tanah di sekitar struktur.
    • Pengisian Tanah: Penambahan material tanah dapat menyebabkan settlement karena perubahan beban di atas tanah.
    • Penurunan Air Tanah: Penurunan tingkat air tanah dapat memicu settlement karena kehilangan dukungan hidrostatik.
  3. Proses Geologis:
    • Gempa Bumi: Getaran dari gempa bumi dapat menyebabkan settlement atau perpindahan tanah.
    • Gerakan Tanah (Landslide): Gerakan massal tanah dapat menyebabkan settlement di daerah tertentu.
  4. Pertambahan Beban pada Struktur:
    • Pertambahan Beban Hidup: Peningkatan beban hidup pada struktur, seperti penambahan lantai pada bangunan, dapat menyebabkan settlement.
    • Pertambahan Beban Mati: Penambahan beban mati, misalnya, karena penggunaan material konstruksi tambahan, juga dapat berkontribusi pada settlement.
  5. Kondisi Tanah yang Kurang Stabil:
    • Tanah Lempung: Tanah lempung memiliki kemampuan kompresi yang tinggi, dan settlement dapat terjadi karena proses konsolidasi.
    • Pelebaran Tanah: Tanah yang mengalami pelebaran atau pembengkakan (swelling) dapat mengalami settlement ketika kembali ke kondisi semula.
  6. Proses Konsolidasi:
    • Konsolidasi Tanah: Proses di mana air di dalam tanah ditekan keluar, yang dapat menyebabkan settlement pada tanah yang konsolidasi.

Penting untuk memahami faktor-faktor ini saat merancang, membangun, dan memantau struktur untuk meminimalkan risiko settlement yang dapat merugikan keandalan dan keamanan struktur. Pemantauan rutin dan tindakan perawatan yang sesuai juga dapat membantu mengurangi dampak settlement.

Jika settlement atau penurunan ini tidak dikontrol dengan baik maka dapat menyebabkan ketidak seimbangan pada struktur dan pondasi bangunan. Maka dari itu dibutuhkan pengukuranan dan pemantauan penurunan struktur (Settlement Measurement & Monitoring ).

PT Global Intan Teknindo sebagai perusahaan yang bergerak pada bidang system dan monitoring system, kami dapat menjual alat Instrumentasi Geoteknik dan menyediakan layanan Settlement Measurement Struktur & Settlement Monitoring Struktur yang didukung dengan tenaga berpengalaman dan instrument yang memadai. Untuk informasi lebih lanjut, anda dapat hubungi kami di:

PT. Global Intan Teknindo